HISTORY
Performance Klub berdiri sejak 31 Juli 2003 dan memulai kegiatannya dengan program serial performance mingguan di Kedai Kebun Forum yang berjudul Wednesday Action (Wed Action). Pada Maret 2005, organisasi menyelenggarakan Perfurbance performance art internasional festival yang pertama di Jogjakarta.Initiated on the 31st of July 2003 Performance Klub began with a weekly performance series at Kedai Kebun Forum entitled Wednesday Action. In March of 2005 the organization held its first Perfurbance international performance art festival in Jogjakarta.
Pada 2006, beberapa minggu setelah terselenggaranya Perfurbance#2, gempa bumi mendera Jogjakarta dan menghancurkan sebagian besar wilayah kota Bantul. Performance Klub pada saat itu dengan segera melakukan pengumpulan bantuan logistik, mendistribusikan pangan, air, obat-obatan dan pertolongan pertama, membangun ulang beberapa rumah yang hancur, sekolah dan jembatan. Keterlibatan Performance Klub dalam upaya pemulihan kondisi pasca bencana tersebut membuat organisasi mengalami perubahan besar karena kemudian tidak hanya bergerak dalam lingkungan urban yang ada di Jogjakarta, namun juga kemudian melebarkan konsentrasi pada isu-isu yang berdampak pada komunitas rural di sekitar Jawa Tengah.In 2006, a few weeks after the completion of Perfurbance #2, an earthquake shook Jogjakarta virtually destroying parts of Bantul. Performance Klub dispersed immediately to provide logistical support, distribute food, water, medicine and first aid, and to rebuild houses, schools and bridges. Performance Klub’s involvement in this disaster relief altered the organization considerably, drawing it out from the urban environment of Jogjakarta to concentrate on issues affecting rural communities in central Java aswell.
Gempa bumi di Bantul yang menghancurkan 90% dari bangunan yang ada juga menguak banyak isu yang terjadi antara masyarakat dan pemerintah lokal di sana, hubungan masyarakat dan pemerintah lokal dengan pemerintah pusat, serta hubungan antara Indonesia dengan negara-negara asing dan institusi-institusinya. Berangkat dari hubungan baik dengan masyarakat setempat selama menjalankan program bantuan, Performance Klub kemudian memilih Desa Gemblangan di Bantul sebagai lokasi festival Perfurbance#3. Festival tersebut meliputi presentasi kerja-kerja seni performance yang ditampilkan oleh para seniman internasional dan Indonesia, presentasi ritual-ritual tradisi dan pertunjukan-pertunjukan tradisi Jawa serta lokakarya dan beberapa program yang bermanfaat bagi masyarakat setempat dalam rangka membantu mereka membangun ulang kehidupan mereka secara positif dengan membangkitkan kesadaran-kesadaran mereka akan apa yang sesungguhnya telah dan sedang terjadi di dunia sekarang ini. Dari semenjak itu, Performance Klub dan warga setempat masih terus menjalin hubungan baik dan masih terus bekerja sama dalam membangun dan memperbaiki lingkungan sekitar dan juga sistem pendidikan alternatif di sana sampai hari ini.In addition to destroying 90% of the buildings in Bantul the earthquake also brought to light many issues between the people and the government, between local and central government and the relationship of Indonesia to foreign countries and institutions. Performance Klub therefore chose Gemblangan Village in Bantul for the location of Perfurbance #3. The festival involved the presentation of performance work by Indonesian and international artists, the presentation of traditional ceremonies and performances from Java alongside workshops and programs for the benefit of the local community to assist them in rebuilding their lives in a positive and conscious manner. Since the festival Performance Klub has maintained a relationship with the local community assisting them with the rebuilding process and the development of environmental and education processes.
Baru-baru ini, Perfurbance#4 diselenggarakan di Desa Krinjing, Muntilan. Di festival 2008, Performance Klub mengidentifikasikan adanya isu-isu lingkungan hidup di wilayah sekitar Gunung Merapi. Ada banyak ditemukan kasus kerusakan alam yang berkaitan dengan berbagai kepentingan yang hanya mementingkan keuntungan rupiah semata sehingga berdampak pada rusaknya asupan air bersih dan kualitas pangan bagi penduduk setempat. Performance Klub dalam hal ini berusaha membantu warga untuk mengupayakan sumber pendapatan alternatif (ketimbang melakukan eksploitasi terhadap tanah tempat mereka bernaung), seperti menanam bahan pangan yang sesuai dengan kondisi suhu udara dan tanah mereka saat ini, mempertahankan pengadaan air, pendidikan dan pelatihan untuk memberdayakan lingkungan. Dan hingga saat ini Performance Klub masih terus mengupayakan pengumpulan dana guna menindak lanjuti program yang telah diberikan pada warga setempat, terutama untuk meningkatkan kualitas produksi pangan, air, dan fasilitas pendidikan.Recently Perfurbance #4 was held in Krinjing Village, Muntilan. For the 2008 festival Performance Klub identified environmental issues near the top of Mt Merapi. Large commercial interests have had devastating affect on the local water and food supply. Performance Klub has used the festival to assist the people in finding alternatives income sources (rather than resorting to exploitation of the land), such as the planting of foods suited to their climate, water preservation, educational and environmental practices.
Pada 2006, beberapa minggu setelah terselenggaranya Perfurbance#2, gempa bumi mendera Jogjakarta dan menghancurkan sebagian besar wilayah kota Bantul. Performance Klub pada saat itu dengan segera melakukan pengumpulan bantuan logistik, mendistribusikan pangan, air, obat-obatan dan pertolongan pertama, membangun ulang beberapa rumah yang hancur, sekolah dan jembatan. Keterlibatan Performance Klub dalam upaya pemulihan kondisi pasca bencana tersebut membuat organisasi mengalami perubahan besar karena kemudian tidak hanya bergerak dalam lingkungan urban yang ada di Jogjakarta, namun juga kemudian melebarkan konsentrasi pada isu-isu yang berdampak pada komunitas rural di sekitar Jawa Tengah.In 2006, a few weeks after the completion of Perfurbance #2, an earthquake shook Jogjakarta virtually destroying parts of Bantul. Performance Klub dispersed immediately to provide logistical support, distribute food, water, medicine and first aid, and to rebuild houses, schools and bridges. Performance Klub’s involvement in this disaster relief altered the organization considerably, drawing it out from the urban environment of Jogjakarta to concentrate on issues affecting rural communities in central Java aswell.
Gempa bumi di Bantul yang menghancurkan 90% dari bangunan yang ada juga menguak banyak isu yang terjadi antara masyarakat dan pemerintah lokal di sana, hubungan masyarakat dan pemerintah lokal dengan pemerintah pusat, serta hubungan antara Indonesia dengan negara-negara asing dan institusi-institusinya. Berangkat dari hubungan baik dengan masyarakat setempat selama menjalankan program bantuan, Performance Klub kemudian memilih Desa Gemblangan di Bantul sebagai lokasi festival Perfurbance#3. Festival tersebut meliputi presentasi kerja-kerja seni performance yang ditampilkan oleh para seniman internasional dan Indonesia, presentasi ritual-ritual tradisi dan pertunjukan-pertunjukan tradisi Jawa serta lokakarya dan beberapa program yang bermanfaat bagi masyarakat setempat dalam rangka membantu mereka membangun ulang kehidupan mereka secara positif dengan membangkitkan kesadaran-kesadaran mereka akan apa yang sesungguhnya telah dan sedang terjadi di dunia sekarang ini. Dari semenjak itu, Performance Klub dan warga setempat masih terus menjalin hubungan baik dan masih terus bekerja sama dalam membangun dan memperbaiki lingkungan sekitar dan juga sistem pendidikan alternatif di sana sampai hari ini.In addition to destroying 90% of the buildings in Bantul the earthquake also brought to light many issues between the people and the government, between local and central government and the relationship of Indonesia to foreign countries and institutions. Performance Klub therefore chose Gemblangan Village in Bantul for the location of Perfurbance #3. The festival involved the presentation of performance work by Indonesian and international artists, the presentation of traditional ceremonies and performances from Java alongside workshops and programs for the benefit of the local community to assist them in rebuilding their lives in a positive and conscious manner. Since the festival Performance Klub has maintained a relationship with the local community assisting them with the rebuilding process and the development of environmental and education processes.
Baru-baru ini, Perfurbance#4 diselenggarakan di Desa Krinjing, Muntilan. Di festival 2008, Performance Klub mengidentifikasikan adanya isu-isu lingkungan hidup di wilayah sekitar Gunung Merapi. Ada banyak ditemukan kasus kerusakan alam yang berkaitan dengan berbagai kepentingan yang hanya mementingkan keuntungan rupiah semata sehingga berdampak pada rusaknya asupan air bersih dan kualitas pangan bagi penduduk setempat. Performance Klub dalam hal ini berusaha membantu warga untuk mengupayakan sumber pendapatan alternatif (ketimbang melakukan eksploitasi terhadap tanah tempat mereka bernaung), seperti menanam bahan pangan yang sesuai dengan kondisi suhu udara dan tanah mereka saat ini, mempertahankan pengadaan air, pendidikan dan pelatihan untuk memberdayakan lingkungan. Dan hingga saat ini Performance Klub masih terus mengupayakan pengumpulan dana guna menindak lanjuti program yang telah diberikan pada warga setempat, terutama untuk meningkatkan kualitas produksi pangan, air, dan fasilitas pendidikan.Recently Perfurbance #4 was held in Krinjing Village, Muntilan. For the 2008 festival Performance Klub identified environmental issues near the top of Mt Merapi. Large commercial interests have had devastating affect on the local water and food supply. Performance Klub has used the festival to assist the people in finding alternatives income sources (rather than resorting to exploitation of the land), such as the planting of foods suited to their climate, water preservation, educational and environmental practices.